YAMAHA
kalo mw download mp3 nya bisa disini semuanya saya kasi gratis/free
Sebuah Pagelaran yang Penuh dengan Decak Kagum
Sabtu malam, 15 Agustus 2009.
Sekitar pukul 19.30, lalu lintas di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, mulai tampak padat merayap. Tapi padatnya pemandangan itu ternyata belum seberapa jika dibandingkan dengan keramaian yang terjadi di salah satu sudut gedung yang juga terletak di tepian jalan besar tengah ibukota itu. Di dalam gedung, sebuah pemandangan penuh tragedi dan komedi seolah lebur menjadi satu. Larut dalam satu pagelaran meriah bertajuk Grand Final Band Blast 2009.
Malam itu, ribuan orang berkumpul
dengan penuh suka cita di dalam ruang Nusa Indah Theatre, Balai Kartini. Mereka tampak memadati seluruh sudut ruang yang tersedia. Mulai dari tribun yang terdiri dari beberapa belas tingkat, hingga balkon yang terletak hampir menyentuh langit-langit. Mata mereka hanya tertuju pada satu arah, panggung megah sepanjang sekitar 12 meter dan lebar 8 meter, yang terlihat gagah dengan sorotan lampu beraneka ragam warna.
Panggung dengan disain futuristik
itu didominasi dengan warna abu-abu dan ungu. Mengingatkan banyak orang akan pesawat luar angkasa dalam film-film fiksi ilmiah yang seolah-olah siap menginvasi bumi. Logo Yamaha Musik terlihat di bagian atas tengah. Selisih setengah meter dengan logo Band Blast 2009 yang ada di bawahnya. Di sisi lain, di kiri dan kanan panggung, sebuah layar raksasa sudah disiapkan. Untuk membantu detil penglihatan seluruh penonton yang apes karena mendapat tempat terlalu jauh dari panggung.
Berbagai macam alat musik
juga tampak bertebaran di seluruh sudut panggung. Bersinar. Mengilap. Karena tersorot oleh lampu-lampu tembak yang menggantung di atap. Tiga set drum diposisikan di sisi kiri, kanan, dan tengah. Di sekitarnya, berbagai macam amplifier untuk gitar, bass, dan kibor juga sudah tersedia, tampak berdiri kokoh dengan tenang, sambil menanti waktunya tiba untuk dimainkan.
Selama lebih dari setengah jam,
sebelum pertunjukan dimulai, penonton disuguhi pemandangan video berulang-ulang dari dua layar raksasa di tepi panggung yang memaparkan tentang produk-produk alat musik Yamaha. Video itu menarik. Karena selain paparan yang disampaikan oleh manajemen, para musisi terkenal yang direkrut sebagai endorsee juga terlihat memberikan komentarnya. Selang beberapa waktu kemudian, dua orang pembawa acara yang bernama Yudis dan Anggi segera naik ke atas panggung. Tanpa basa-basi mereka mulai menjelaskan tentang acara yang tengah berlangsung. Grand Final Band Blast 2009. Sebagai kelanjutan dari pagelaran rutin Yamaha Musik Indonesia yang dulu dikenal dengan nama Asian Beat, Band Blast pun dijalankan dengan konsep yang masih sama. Sebuah kompetisi yang menonjolkan lagu dan kualitas skill individual.
Final malam itu merupakan puncak
dari babak penyisihan Band Blast yang diadakan di sembilan kota di Indonesia. Selain untuk memperebutkan hadiah berupa trophy, sepeda motor Yamaha Mio Soul, voucher senilai 20 juta rupiah (untuk juara satu), 15 juta rupiah (juara dua), dan 10 sepuluh juta rupiah (juara tiga), para finalis juga saling bersaing untuk membuktikan siapa yang layak menjadi wakil Indonesia di ajang Final Asian Beat International pada bulan November mendatang. Di ajang internasional itu, para jawara kompetisi Asian Beat dari berbagai penjuru Asia akan saling unjuk kebolehan di Yokohama, Jepang.
Usai menerangkan tentang Band Blast 2009,
pembawa acara mulai memperkenalkan tim juri yang terdiri dari Fariz RM, Andi Rif, Hentriessa, Ari Firman, dan Yus KSP. Dan tanpa harus berbasa-basi lebih lama lagi, selanjutnya band finalis pertama dari kota Batam yang bernama
Brownies
pun dipersilakan memasuki pentas. Sebagai band yang mendapat undian nomor satu, Brownies tampil cukup maksimal. Setidaknya mereka cukup mampu menaikkan adrenalin sebagian penonton yang mulai terlena oleh rasa kantuk karena semilir angin dari mesin pendingin gedung.
Di nomor urut kedua
ada band
The Finalist
asal Makassar. Mereka tampil hanya bertiga. Satu orang bassis yang juga bernyanyi, seorang gitaris, dan sesosok gadis mungil yang ternyata adalah drummer mereka. Walau tampil minimalis, ternyata mereka bertiga mampu menghadirkan sebuah pertunjukkan yang menghebohkan. Ketiga personilnya sangat solid. Kapabilitas mereka dalam menguasai alat musik sama sekali tidak perlu diragukan. Simpel namun penuh skill! Dan si gadis mungil tomboy itu bahkan menyajikan sebuah solo drum yang membuat semua penonton terhenyak dan berpikir, “Bagaimana mungkin seluruh ruangan bisa digetarkan dengan tangan dan kaki semungil itu?”
Applaus penonton membahana
ketika The Finalist menyudahi aksinya. Beberapa menit terlewat dan giliran band selanjutnya untuk tampil.
Mirror
yang berasal dari Pekanbaru. Dengan formasi enam orang, mereka cukup memukau. Gitarisnya tampak sangat piawai dalam memainkan nada-nada yang cepat dan rumit. Hanya saja sayang, kenapa melulu musik rock yang masih jadi pilihan utama dari sekian banyak peserta yang turut serta dalam kompetisi musik ini? Sampai di finalis ketiga, tampaknya sebagian penonton mulai merasa jenuh karena terus diberondong oleh dentuman beat drum dan raungan distorsi gitar yang cepat dan bertubi-tubi. Pusing!
Finalis berikut yang tampil
adalah band
Maximum
asal Surabaya. Sebagian penonton sudah pesimis, “Ah, pasti musik rock lagi yang akan dimainkan.” Tapi ternyata dugaan mereka salah. Band satu ini justru mengomposisi berbagai konsep musik mulai dari rock, jazz, pop, dan etnik. Dan pilihan itu membuat penonton jadi lebih bergairah. Apalagi vokalis yang tampil kali ini mempunyai wajah yang sungguh menarik hati lelaki manapun. Cantik, imut, anggun, dan bersuara merdu. Lebih dari itu, di tengah aksinya, si vokalis tampil mengejutkan dengan nyanyian ala sinden. Ia menembang sebaris lirik dalam bahasa Jawa. Rasanya menembus jantung, menggetarkan hati, dan membuat bulu kuduk merinding (ungkapan ini agak berlebihan sih. Tapi tak apalah…)
Setelah dipuaskan oleh
penampilan band dengan vokalis cantik,
D’ Bone
asal Medan pun memasuki gelanggang. Di tangan band yang terdiri dari 5 pemuda ini, musik rock kembali menggelegar. Sangat bertenaga. Gitarisnya seperti tak pernah lelah berlari ke sana ke mari, menyeberangi satu sisi panggung ke sisi yang lain. Luar biasa! Penempatan posisi seluruh personil di atas panggung pun sangat baik. Tidak ada sudut kosong terlihat. Ketika satu personil pindah ke sisi lain panggung, personil yang lainnya otomatis mengisi space kosong itu. Penampilan mengejutkan terlihat ketika sang kibordis beraksi menggotong kibornya ke muka panggung untuk menyajikan sebuah solo yang cepat dan atraktif. Semua penonton kontan berdecak kagum. Dan penampilan mereka ditutup dengan berkumpulnya semua personil di tengah panggung, terdiam kaku layaknya deretan manekin yang membawa alat musik seiring dengan gemuruh tepuk tangan penonton.
Band nomor urut keenam
tampil tidak lama kemudian. Ketika salah seorang personilnya menginjakkan kaki ke atas panggung, sebagian penonton sudah tampak terkaget-kaget. Maklum saja, personil band kali ini memang punya penampilan yang agak eksentrik, tampil dengan tubuh yang rapat terbungkus pakaian dari kulit. Keren! Gitarisnya memiliki potongan rambut gondrong ikal ala Slash, dan masih ditutupi dengan topi koboi pula. Kostum mereka terlihat menyala, mewah, dan pemandangan itu tampak semakin dramatis dengan bantuan sinar yang memancar dari lampu-lampu sorot. Musikalitas mereka pun sangat baik. Vokalisnya memiliki suara berat yang khas. Dan musik yang kencang kembali dihadirkan oleh band asal Bandung bernama
Selangit
itu.
Usai penampilan Selangit,
giliran band asal Palembang yang mendapat jatah untuk unjuk gigi.
The Dark Side
. Dengan enam orang personilnya, band satu ini sukses menyajikan sebuah performa yang rapi. Mereka tetap mengonsep musiknya dengan balutan musik rock. Tapi gaya bernyanyi sang vokalis yang penuh penjiwaan membuat segalanya menjadi berjalan sangat wajar, tak ada yang dipaksakan, dan berakhir dengan mulus. Penampilan yang cantik. Sayang, applaus penonton tidak terdengar seperti sebelum-sebelumnya. Apakah karena band Palembang tidak membawa cukup supporter ke dalam gedung? Ah, tidak penting. Toh anak-anak itu telah membuktikan bahwa kualitas musik yang mereka mainkan tidak kalah asik dengan band lain yang membawa banyak supporter.
Kemudian, urutan kedelapan
yang tampil adalah band asal Jakarta,
Walk After Running (WAR)
. Melihat lima personil band yang memakai setelan rapi hitam-hitam satu persatu maju ke atas panggung, bayangan dalam benak sebagian penonton pasti sama, “Sepertinya band satu ini akan memakai seragam setelan serba hitam.” Tapi ternyata dugaan itu tidak sepenuhnya tepat. Personil keenam yang maju ke tengah panggung justru berpakaian serba putih. Seorang gadis bertubuh agak gemuk. Ialah si vokalis. Topi model fedora, dasi dan bretel hitam yang dipakainya mempertegas aksen klasik. Membuatnya tampak lebih berkharisma di tengah-tengah personil lain yang berpakaian serba hitam. Tak lama, tetabuhan drum pun mengawali lagu yang mereka mainkan. Dan untuk lima menit ke depan, mereka semua beraksi dengan membawakan sebuah lagu berkonsep rockabilly dicampur boogie woogie, yang terdengar makin eksotis karena adanya seorang saksofonis di antara mereka. Di tengah-tengah lagu, sang pianis sedikit menunjukkan skill dengan membawakan sebuah permainan solo klasik yang sangat cepat. Percaya atau tidak, selama keenam personil band itu menyuguhkan aksinya, seluruh penonton dalam ruangan seperti menahan nafas. Ketika penampilan usai, rasanya penonton baru bisa kembali bernafas lega sebelum sejurus kemudian memberikan satu applaus yang menggetarkan.
Band terakhir yang tampil
adalah finalis asal Jogjakarta bernama
The Jeef
. Empat personilnya tampil dengan mengenakan pakaian batik khas daerah. Di samping itu, mungkin untuk mempertegas aksen saat terkena lampu sorot panggung, rambut mereka sengaja dilumuri dengan cat berwarna biru. Secara skill individu, mereka semua punya skill mengagumkan. Atraktif dan tanpa fals. Tapi tragis, sedikit kesalahan instalasi sempat terjadi pada instrumen gitar. Hal itu mengakibatkan efek gitar jadi tidak berfungsi. Dan untuk sekian menit, sang gitaris hanya bisa bermain dengan sound clean, bahkan saat ia memainkan pola-pola gitar yang rumit. Sayang, seribu sayang!
Performa The Jeef
mengakhiri seluruh penampilan para finalis Band Blast yang berasal dari 9 kota. Namun acara tidak usai sampai di situ. Sebab,
Bondan and Fade 2 Black
tampil tidak lama kemudian dengan membawakan lagu-lagu andalannya. Setelah itu, para musisi endorsee Yamaha yang tergabung dalam Yamaha All Star Artist juga kebagian mendapat jatah untuk berkolaborasi. Selesai penampilan dari
Yamaha All Star Artist
, giliran pihak manajemen Yamaha Musik yang maju ke depan untuk mengumumkan nama-nama peserta yang keluar sebagai pemenang perseorangan. Pemenangnya adalah sebagai berikut:
- Gelar vokalis terbaik diperoleh oleh Yelita Okcintia Rifani dari Maximum.
- Gitaris terbaik diraih oleh Jelliarto dari Mirror.
- Bassis terbaik diraih oleh Rizcky Pradana De Keizer dari The Finalist.
- Drummer terbaik diraih oleh Sarah Adelia Abbas dari The Finalist.
- Kibordis terbaik diraih oleh Ratna Sari Dewi dari Walk After Running.
Usai pengumuman pemenang perseorangan, pembawa acara mempersilakan band tamu terakhir untuk tampil. Sebuah band senior yang sejak tahun ’97 telah hadir di pentas musik tanah air dan sampai sekarang tetap eksis memainkan musik cadas, Rif, akan beraksi dengan ditemani oleh dua orang gitaris gaek Indonesia, Toto Tewel Elpamas dan Iram U’camp. Lagu-lagu lama seperti Radja dan Loe Toe Ye adalah dua dari total keseluruhan lagu yang dibawakan pada malam itu. Tidak ada yang terlalu mengecewakan. Dan Andi cs. masih mampu membuktikan bahwa diri mereka tetap menjadi seorang rocker yang penuh kharisma sampai kapan pun.
Jam menunjukkan bahwa waktu telah lewat dari angka 23.00 WIB. Malam kian larut. Semangat para penonton mulai terlihat surut. Namun tidak bisa dibohongi, bahwa mereka semua sangat penasaran dan ingin tahu hasil dari akhir acara. Dan tidak lama berselang, acara pun sampai pada penghujungnya. Perwakilan Yamaha kembali naik ke panggung untuk mengumumkan band mana saja yang berhak mendapat gelar juara dari kompetisi Band Blast 2009 ini. Dengan berbagai pertimbangan dan perdebatan antara kelima orang juri, maka diputuskanlah bahwa pemenang dari kompetisi Band Blast 2009 adalah sebagai berikut:
Jam menunjukkan bahwa waktu telah lewat dari angka 23.00 WIB. Malam kian larut. Semangat para penonton mulai terlihat surut. Namun tidak bisa dibohongi, bahwa mereka semua sangat penasaran dan ingin tahu hasil dari akhir acara. Dan tidak lama berselang, acara pun sampai pada penghujungnya. Perwakilan Yamaha kembali naik ke panggung untuk mengumumkan band mana saja yang berhak mendapat gelar juara dari kompetisi Band Blast 2009 ini. Dengan berbagai pertimbangan dan perdebatan antara kelima orang juri, maka diputuskanlah bahwa pemenang dari kompetisi Band Blast 2009 adalah sebagai berikut:
- Juara Pertama: Walk After Running asal Jakarta
- Juara Kedua: The Finalist asal Makassar
- Juara Ketiga: The Dark Side asal Palembang
Dengan selesainya pengumuman pemenang,
usai pulalah rangkaian acara Grand Final Band Blast 2009. Dalam sebuah peristiwa, pasti tidak ada hal yang berjalan dengan sempurna. Begitu pula dengan kompetisi ini. Namun, sebagai bentuk kepedulian terhadap para musisi muda, Yamaha Musik berjanji akan terus menggalakkan kompetisi dan tetap mengadakan perbaikan di sana-sini. Tentunya hal ini dimaksudkan agar wadah ekspresi bagi bibit-bibit muda musisi Indonesia tetap ada. Agar kualitas musik di tanah Indonesia tetap terjaga.
by : pekanbarugeneration
2 komentar:
trim's da upload mp3nya
coz dari kmaren gua dah cari kmana-mana.
gua tanya om google katanya juga belim ada
salam kenal yaaa
gua jg nak pku lgii
mw numpag share jg nii
hhha
ok ..sering mampir yy
Posting Komentar
copyright 2010 irnal pulink jail